DENPASAR – Ketersediaan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau pemanas, dan kantong nikotin diyakini berpotensi berkontribusi terhadap pertumbuhan dan keberlanjutan pariwisata di Bali.
Anak Agung Istri Vera Lakshmi Devi, Kepala Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata Provinsi Bali, mengatakan fokus pihaknya adalah pariwisata berkelanjutan.
Produk tembakau dengan risiko kesehatan yang rendah dapat menjadi solusi untuk mengurangi polusi udara, salah satunya berasal dari perokok pasif.
“Produk alternatif ini sangat bermanfaat bagi pariwisata karena risikonya rendah. Pergub 28/2020 yang mengatur tentang pengelolaan pariwisata mengutamakan pariwisata yang ekologis, nyaman, dan berorientasi kesehatan. terhadap lingkungan. Dalam diskusi akibat asap rokok, Vera menyampaikan cara mengatasi permasalahan penggunaan tembakau dan menerapkan pengurangan dampak buruk tembakau sebagai strategi tambahan untuk mendukung pariwisata Bali di Denpasar./10/2024).
Vera menjelaskan, Bali lebih memilih wisata budaya yang berinteraksi dengan beberapa aspek, termasuk lingkungan. Hampir semua tempat wisata di Bali erat kaitannya dengan lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan yang aman, nyaman dan sehat sangat penting untuk menarik wisatawan.
“Produk alternatif ini akan membuat wisatawan lebih aman dan nyaman, terutama wisatawan asing yang khawatir dengan perokok pasif. Di sini mereka mendapat ruang non-rokok. Sementara kami berupaya memberikan ruang bagi pelanggan vintage,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, perekonomian Bali tumbuh sebesar 5,98% pada triwulan I tahun 2024, dengan kontributor utama adalah sektor akomodasi dan pariwisata yang menyumbang 20,64% terhadap Produk Domestik Bruto Pariwisata (PDRB). . .
Bali Ida Bagus Purwa Sidemen, CEO BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), mengatakan untuk mendukung industri pariwisata berkelanjutan, pihaknya memberikan kenyamanan kepada para tamu seperti ruangan khusus beserta fasilitas ramah lingkungan. untuk perokok.
“Tidak ada hotel yang tidak memperbolehkan orang merokok. Area merokok disediakan. “Memiliki ruang merokok adalah menjaga kenyamanan tamu dan kepuasan pelayanan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Bali Vaping Association (AVB) I Gede Agus Mahartika mengatakan pihaknya berharap para pelaku industri pariwisata dapat menyediakan ruangan bagi perokok dan pengguna rokok elektrik. Sebab, profil risiko antara rokok dan rokok elektrik sangat berbeda.
“Area hotel merokok dan bebas rokok. Saya berharap kedepannya akan ada peraturan tambahan untuk mencegah diskriminasi lebih lanjut terhadap pengguna rokok elektrik. Kita membutuhkan nikotin, tapi tidak yang lain. “Kami sedang mencari cara terbaik untuk memasukkan nikotin ke dalam tubuh tanpa merugikan orang lain.”