JAKARTA – Abdul Malik al-Houthi, pemimpin gerakan Houthi, menjadi tokoh sentral dalam perang saudara yang berkepanjangan di Yaman. Di bawah kepemimpinannya, kelompok ini muncul sebagai pembela Gaza di Palestina dengan berulang kali menembakkan roket ke Israel.
Bagi Zionis Israel, Houthi dipandang sebagai proksi Iran yang sangat mengganggu.
Ketika kelompok perlawanan Palestina; Hamas melancarkan Operasi Burqa al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 melawan Israel atau tepat setahun yang lalu tentara Zionis menyerang Gaza secara brutal hingga saat ini. Lebih dari 40.000 warga Palestina di Gaza tewas akibat serangan membabi buta yang dilakukan tentara Zionis.
“Posisi kami mengenai dukungan berkelanjutan Yaman terhadap garis depan perlawanan tetap teguh dan tak tergoyahkan.” Kami berupaya memberikan dukungan yang lebih besar bagi bangsa Palestina. Kami berdiri bersama semua saudara Muslim kami, pejuang Hizbullah, serta semua orang yang mencintai kebebasan di dunia,” kata al-Houthi dalam pidato yang disiarkan langsung dari Sanaa pada September lalu.
Atas nama membela Gaza, Houthi menyerang kapal-kapal Israel dan kapal-kapal yang berdagang dengan pelabuhan Zionis. Siapa sangka serangan hebat ini menyebabkan pelabuhan Eilat di Israel resmi bangkrut.
“Harus kita akui bahwa pelabuhan tersebut bangkrut,” kata Gideon Golber, CEO Pelabuhan Eilat.
“Hanya satu kapal yang tiba di sini dalam beberapa bulan terakhir. “Warga Yaman secara efektif telah memutus akses ke pelabuhan,” katanya.
Selain bangkrutnya pelabuhan Eilat, Houthi beberapa kali menyerang wilayah Israel dengan rudal balistik. Hebatnya, rudal mereka berhasil menembus sistem pertahanan Arrow milik Iron Dome secara bersamaan.
Profil Abdul Malik al-Houthi
Lahir dari keluarga Zaydi yang berpengaruh di wilayah Saada utara Yaman, Abdul Malik al-Houthi mewarisi kepemimpinan gerakan Houthi setelah kematian pamannya Hussein Badreddin al-Houthi pada tahun 2004.
Al-Houthi yang lahir pada 22 Mei 1979 terbukti lebih dari sekadar pemimpin milisi sukses. Ia bahkan tercatat sebagai tokoh Muslim berpengaruh, The Muslim 500 menempatkannya pada peringkat ke-27 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia.
Gerakan Houthi, yang berakar pada sentimen agama dan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat Yaman, semakin kuat di bawah kepemimpinan al-Houthi.
Memanfaatkan permasalahan sosial, ekonomi dan marginalisasi wilayah Saada, Houthi berhasil mendapatkan banyak pendukung. Strategi militer efektif yang didukung oleh aliansi dengan kekuatan politik lainnya memungkinkan Houthi menguasai wilayah-wilayah penting di Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, pada tahun 2014.
Visi politik Al-Houthi didasarkan pada ideologi Zaydi yang dipadukan dengan nasionalisme Yaman. Ia mengangkat slogan “kemerdekaan, keadilan dan pembangunan” untuk mendapatkan dukungan publik.
Namun, upaya Houthi untuk membentuk pemerintahan inklusif seringkali terhambat oleh konflik dengan kekuatan politik lain, khususnya koalisi pimpinan Arab Saudi.
Kelompok Houthi mengklaim bahwa mereka adalah pemerintah sah Yaman, dan militer kelompok tersebut menyebut dirinya Angkatan Bersenjata Yaman. Namun komunitas internasional masih mengakui pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang didukung koalisi Arab Saudi sebagai pemerintahan sah Yaman.