Profil dan Aset 7 BUMN Rp9.520 Triliun yang Bakal Dikelola BP Danantara

Profil dan Aset 7 BUMN Rp9.520 Triliun yang Bakal Dikelola BP Danantara

JAKARTA – Pemerintah akan mengalihkan tujuh aset BUMN dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke Badan Pengelola Investasi Energi Anagata Nusantara (BP Danantara). Jumlah tersebut merupakan tahap awal pasca dilantiknya badan baru tersebut oleh Presiden Prabowo Subianto.

Aset BUMN yang dikelola BP Danantara antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero). Kemudian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID.

Profil ketujuh BUMN dan INA yang dikelola BP Danantara: 1. Bank Mandiri, menurut situs resminya, Bank Mandiri menjadi perusahaan berdasarkan Undang-undang No. 9 yang diterbitkan pada tanggal 2 Oktober 1998. BMRI melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada 14 Juli 2003. Saat itu, perseroan menerbitkan 2,9 miliar saham melalui pelaksanaan. harga per sahamnya Rp 675.

Mandiri didirikan sebagai inisiatif pemerintah untuk merestrukturisasi perbankan. Pada tahun 1999, empat bank yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia digabung menjadi Bank Mandiri.

Setelah melakukan konsolidasi dan konsolidasi bisnis, Mandiri melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada 14 Juli 2003. Emiten kemudian menerbitkan 2,9 miliar saham dengan harga pelaksanaan 675 rupiah per saham.

Selama masa jabatannya, Mandiri melakukan berbagai aktivitas korporasi untuk memperkuat bisnisnya di bidang keuangan dan perbankan. Sebagai program transformasi yang dimulai pada tahun 2005.

Pada tahun 2014, Bank Mandiri bertujuan untuk mencapai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia dan menjadi salah satu dari 5 bank teratas di Asia Tenggara (ASEAN). Selain itu, pada tahun 2020, Mandiri menargetkan menjadi tiga besar di ASEAN berdasarkan kapitalisasi pasar dan menjadi pemain utama di kawasan.

Kinerja Bank Mandiri semakin mengesankan, terlihat dari hasil perseroan pada tahun 2023, dimana aset konsolidasi tumbuh sebesar 9,12% year-on-year hingga mencapai Rp 2.174 triliun. Kredit secara konsolidasi meningkat 16,29% menjadi Rp1.398 triliun.

Dana pihak ketiga (DPK) kemudian naik menjadi 1,577 triliun rupiah atau meningkat 5,78%. Laba bersih konsolidasi naik 33,7% menjadi 55,1 triliun rupiah. Secara aspek, NPL konsolidasi sebesar 1,19% atau NPL coverage ratio mencapai 326,34%, turun 73 bps. dibandingkan tahun lalu.

Tahun ini, strategi bisnis Bank Mandiri adalah mempercepat pertumbuhan bisnis di seluruh sektor potensial untuk mencapai dominasi di industri perbankan.

2. Efektif tanggal 1 Agustus 1992, BRI berubah status menjadi perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 1992. Saat itu BRI masih 100% milik negara.

Namun sejak tahun 2003, pihak berwenang memutuskan untuk menjual 30% saham bank tersebut sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang masih digunakan hingga saat ini.

Saat itu, perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, kini Bursa Efek Indonesia, dengan kode BBRI. 56,75% saham Bank BRI milik negara, sisanya milik pemegang saham publik.

IPO Bank BRI ditawarkan dengan harga 875 rupiah per saham, namun pada tahun 2010 mencapai lebih dari 12.000 rupiah per saham. Naiknya harga saham menunjukkan kinerja Bank BRI yang semakin membaik dari tahun ke tahun.

Kinerja Bank BRI tetap kokoh, perseroan dan entitasnya menunjukkan hasil positif hingga triwulan II-2024. Di sini, laba konsolidasi sebesar 29,90 triliun rupiah.

Berdasarkan laporan keuangan, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 45,36 triliun pada kuartal III 2024. Selain keuntungan, BRI diketahui mampu meminjam Rp 1.353,36 triliun pada September 2024 atau meningkat 8,21% year-on-year.

Sebesar 81,70% dari total kredit atau Rp 1.105,70 triliun disalurkan kepada segmen UKM. Pertumbuhan positif penyaluran kredit meningkatkan aset BRI sebesar 5,94% menjadi 1.961,92 triliun.

3. BNI dari situs resminya. Bank BNI didirikan berdasarkan Keputusan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946. Selain itu, pada tahun 1946, BNI berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia dan statusnya menjadi bank umum milik negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1968.

Berdasarkan Keputusan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1992, bentuk hukum BNI diubah menjadi Perseroan Terbatas (Persero). Saat ini, 60% saham BNI dimiliki oleh negara, sedangkan 40% sisanya dimiliki oleh perorangan dan lembaga dalam dan luar negeri.

BNI saat ini merupakan bank nasional terbesar ke-4 di Indonesia diukur dari total aset, total pinjaman, dan total dana pihak ketiga. Dalam memberikan layanan keuangan terintegrasi, BNI didukung oleh sejumlah anak perusahaan yaitu BNI Multifinance, BNI Sekuritas, BNI Life Insurance, BNI Ventures, BNI Remittance dan Hibank.

Seperti dua bank BUMN lainnya, BNI memiliki rekam jejak yang baik. Pada kuartal III tahun 2024, laba bersih perseroan mencapai 16,3 triliun rupiah. Nilai tersebut meningkat 3,5% secara tahunan dari Rp15,75 triliun.

Sembilan bulan pertama, BNI menyalurkan pinjaman senilai Rp735,02 triliun atau naik 9,5%. Seiring dengan peningkatan pinjaman, aset meningkat menjadi Rp1.068,08 triliun pada September 2024, naik 5,8% dari Rp1.009,31 triliun pada September 2023.

Selain itu, dana pihak ketiga sebesar Rp769,74 triliun, naik 3% dari Rp747,59 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

4. PLN didirikan pada tahun 1972 sebagai Perusahaan Listrik Negara (PLN) berdasarkan Keputusan Pemerintah Nomor 18 sebagai Badan Usaha Milik Negara Listrik dan sebagai Pemegang Izin Usaha (PKUK) dengan kewajiban penyediaan tenaga listrik. kepentingan umum.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang memperbolehkan swasta menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik, maka status PLN berubah dari Perusahaan Umum menjadi Perseroan Terbatas (Persero) pada tahun 1994, serta PKUK di bidang penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. sampai sekarang

PLN mencatatkan nilai aset setelah melakukan transformasi proses bisnis perseroan selama empat tahun terakhir. Pada tahun 2020, aset PLN yang semula sebesar Rp 1,588 triliun menjadi Rp 1,691 triliun pada semester I 2024 atau meningkat sebesar Rp 102 triliun. Peningkatan aset ini menjadikan PLN sebagai perusahaan utilitas milik negara terbesar di Indonesia.

Selain itu, perusahaan mengelola aset perusahaan. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah pelanggan sebesar 15,3 persen dari 79 juta pelanggan pada tahun 2020 menjadi 91,1 juta pelanggan pada pertengahan tahun 2024.

Dorongan untuk meningkatkan aset dan pelanggan ini didukung dengan integrasi seluruh proses bisnis perusahaan sehingga perusahaan menjadi perusahaan modern dan siap beradaptasi dengan perubahan iklim bisnis global.

Saat ini PLN terus meningkatkan pemanfaatan aset yang ada. Termasuk melalui inovasi bisnis selain listrik atau kWh yang menjadi sumber pendapatan baru bagi zlotys. Tindakan ini merupakan respons terhadap perubahan iklim industri dan kebutuhan masyarakat.

5. Sejarah Pertamina menyebutkan, keberadaan Pertamina dimulai sekitar tahun 1950-an ketika pemerintah menunjuk tentara untuk mendirikan PT Exploitat Tambang Minyak Sumatra Utara untuk mengelola ladang minyak di wilayah Sumatera.

Perusahaan kemudian berganti nama menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (Permina) pada tanggal 10 Desember 1957 yang masih diperingati sebagai hari ulang tahun Pertamina.

Pada tahun 1960, PT Permina berubah status menjadi Perusahaan Umum (PN) Permina. Kemudian PN “Permina” bergabung dengan PN “Pertamina”, dan pada tanggal 20 Agustus 1968 menjadi Perusahaan Produksi Minyak dan Gas Bumi Negara “PN” (“Pertamina”).

Selain itu, peran Pertamina semakin strategis setelah pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 menetapkan perusahaan tersebut untuk mengambil dan mengolah minyak dan gas dari ladang minyak serta memenuhi kebutuhan bahan bakar dan gas Indonesia.

Kemudian melalui UU Nomor 22 Tahun 2001, pemerintah mengubah posisi Pertamina agar kewajiban pelayanan publik (PSO) dipenuhi melalui kegiatan usaha. Pertamina mendapat kepercayaan pemerintah sebagai holding di bidang energi sejak ditunjuk Kementerian ESDM pada 12 Juni 2020.

Saat ini perseroan menguasai enam subholding (jenis kegiatan) yang bergerak di bidang energi, yaitu Subholding Hulu yang dipimpin oleh PT Pertamina Hulu Energi, Subholding Gas yang dipimpin oleh PT Pertamina Gas Negara.

PT Kilang merupakan sub-holding penyulingan minyak dan petrokimia di bawah naungan Pertamina Internasional, sub-holding Power & NRE di bawah PT Pertamina Power Indonesia, sub-holding komersial dan perdagangan di bawah PT Pertamina Patra Niaga, dan sub-holding Integrated Marine Logistics. bertempat di bawah pimpinan P.T. Pengiriman internasional.

Setelah empat tahun melakukan restrukturisasi organisasi dan bisnis, aset Pertamina tumbuh signifikan sebesar 32% antara tahun 2020 hingga 2023, mencapai US$91,1 miliar atau setara Rp1.390 triliun pada akhir tahun 2023.

Menurut laporan tahunan tahun 2023, aset perusahaan akan berjumlah $69,14 miliar pada tahun 2020 dan akan tumbuh menjadi $78,05 miliar pada tahun 2021. Total aset naik lagi menjadi $87,8 miliar pada tahun 2022 dan mencapai $1 miliar pada akhir tahun 2023. atau setara Rp 1.390 triliun.

6. Telkom Indonesia Telkom Indonesia adalah badan usaha milik negara yang menyelenggarakan layanan informasi dan komunikasi serta telekomunikasi digital di Indonesia. Dan sisanya 47,91% saham dimiliki.

Telkom memiliki 12 anak perusahaan atau afiliasi yang bergerak di berbagai sektor dan memberikan dampak positif baik bagi investor maupun masyarakat Indonesia. PN Nomor 30 Tahun 1965, penciptaan telekomunikasi terutama ditujukan untuk mengembangkan perekonomian nasional sesuai dengan perekonomian yang berpedoman pada mengutamakan kepentingan rakyat.

Selama transformasi, Telkom menerapkan strategi bisnis dan operasional perusahaan yang berpusat pada pelanggan

Transformasi ini akan menjadikan organisasi Telkom Group lebih gesit dan fleksibel dalam beradaptasi terhadap perubahan cepat di industri telekomunikasi.

Hingga pertengahan tahun 2024, Telkom Indonesia memiliki total aset sebesar Rp285,99 triliun, rincian liabilitas sebesar Rp138,71 triliun, dan ekuitas sebesar Rp147,27 triliun.

7. MIND ID Saat ini MIND ID mengoperasikan beberapa perusahaan sebagai anak perusahaan, yaitu PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum dan PT Timah Tbk.

BUMN yang bergerak di holding industri pertambangan ini didirikan pada tahun 2017. Saat itu, pemerintah menggunakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum sebagai perusahaan induk yang memegang saham pengendali di tiga perusahaan pertambangan, yakni Antam, Bukit Asam, dan Timah.

Mulai tahun 2019, Mining Holding berganti nama menjadi MIND ID atau Mining Indonesia untuk membedakan fungsi Inalum sebagai fungsi pengoperasian dan pemeliharaan smelter aluminium.

Selama 5 tahun terakhir, total aset MIND ID tumbuh sebesar 57,22% dari Rp 164,84 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 259,18 triliun pada tahun 2023. Juga compound Annual Growth Rate (CAGR) atau tingkat pertumbuhan total aset MIND ID. pada periode 2019 hingga 2023 – 9,47%.

MIND ID juga mengelola portofolio dan mengakuisisi aset pertambangan multinasional untuk mendukung program pengembangan lebih lanjut. Selama 5 tahun terakhir, perseroan telah mengakuisisi saham perusahaan pertambangan besar seperti PT Freeport Indonesia dan PT Vale Indonesia.

Investasi pengolahan tembaga di Freeport Indonesia di Gresik dengan nilai investasi 58 triliun rupiah dan biaya investasi pabrik 16 triliun rupiah (SGAR) di Mempawa terus berlanjut.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *