JAKARTA – Runtuhnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan penyaluran beasiswa dan bantuan pendidikan lainnya di sekolah dan universitas. Meski penyaluran dana pendidikan masih akan berlanjut pada tahun 2024, namun muncul kesimpangsiuran terkait kondisi pembagian antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada tanggal 23 November 2024, Pusat Layanan Keuangan Pendidikan (Puslapdic) mengumumkan penyaluran dana Program Indonesia Pintar (PIP) untuk siswa SD melalui Surat Edaran No.1947/J5/LP.01.00/2024. dan tingkat SMA pada tahun 2024. Penetapan dan pendistribusiannya mulai berlaku pada tanggal 3 Desember 2024.
Namun sebelumnya, Inspektur Pendidikan UGM, Budi Santoso Wignyosukarto, mengatakan masih perlu menyatukan sistem keuangan pendidikan dalam satu platform untuk memudahkan koordinasi.
Dengan dipecahnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kementerian Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Dasar-Menengah, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, maka tugas Puslapdik harus tetap berjalan.
Dukungan pemerintah terhadap pembangunan sosial, dalam hal ini pendidikan, sebaiknya dilakukan oleh satu instansi agar data yang ada tidak tumpang tindih. Budi menegaskan, upaya juga diperlukan agar saran bantuan tepat sasaran.
“Masyarakat jangan hanya mengambil sektor sekolah, harus ada arahnya sesuai tujuan pembangunan. Misalnya negara membutuhkan tenaga terampil di bidang tertentu, maka subsidi beasiswa diarahkan ke sana. Itu tujuan Puslapdik.” kata Budi melalui siaran pers, Jumat (6/12/2024).
Menurut Boody, jika kewenangannya dipecah ke beberapa instansi berbeda, tentu akan timbul kesulitan koordinasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam satu organisasi saja, koordinasi terkadang tidak berjalan dengan baik, apalagi jika berbeda. Ia menegaskan, setiap sektor mempunyai ambisi dan program percepatan masing-masing dan tidak bisa disusun secara nasional.
“Birokrasi harusnya diperkecil seiring kemajuan teknologi, jadi koordinasi jadi lebih mudah, tapi sekarang sepertinya makin meningkat, redistribusi, bukankah koordinasinya makin sulit?” Dia berkata.
Pasalnya, peraturan turunan yang diterima daerah ketika program tersebut dilaksanakan dengan banyak kementerian seringkali bertentangan. Situasi ini akan semakin memperburuk koordinasi yang sebelumnya sulit dilakukan.
Pemerintah hendaknya terus mendorong peran dan tugas Puslapdic jika pemerintah bercita-cita menjadi lembaga yang berpikir investasi di bidang pendidikan untuk menjadi tenaga-tenaga pendukung pembangunan nasional sejak kecil. Meski dibiayai oleh tiga kementerian, Puslapdic mampu tetap mengelola biaya pendidikan mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi.
“Seharusnya bisa, misalnya di bawah Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,” saran Budi untuk melanjutkan kerja Puslapdik.
Trubus Rahardiansah, pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti, sepakat menjadikan Puslapdic sebagai entitas tersendiri dalam pengelolaan keuangan pendidikan. Puslapdic kemungkinan akan menjadi entitas tersendiri jika diperlukan.
Opsi ini dapat menjawab permasalahan penanganan permasalahan yang timbul akibat adanya pembagian kementerian. Trubus menilai, ketiga menteri sebaiknya melakukan pembicaraan untuk menentukan posisi Puslapdik.
“Sebaiknya peran Puslapdic terus berlanjut karena salah satu tugas pokoknya adalah mengedukasi masyarakat. Harus ada regulasi untuk melaksanakannya,” kata Trubus.
Kalaupun bekerja di bidang pendidikan, Trubus melihat tidak dapat dipungkiri jika kementerian yang sudah terpecah memiliki ego sektoral masing-masing dan seringkali tidak berintegrasi satu sama lain. Selain itu, dia juga menegaskan, perpecahan anggaran akan berdampak pada penyaluran bantuan yang lebih kecil.
“Dipotong karena beda meja, artinya beda birokrasi, beda pengambil kebijakan, tidak ada kesinambungan, dan keberlangsungan PAUD ke perguruan tinggi akhirnya terpukul,” kata Trubus.
Berdasarkan surat edaran Puslapdik, jumlah penerima PIP dari tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK sebanyak 155.885 siswa. Dana yang disalurkan sebesar Rp 107.797.950.000 dengan jumlah yang berbeda-beda untuk setiap siswa di setiap jenjang pendidikan.