JAKARTA – Pemerintah Indonesia membuka kemungkinan impor minyak dan gandum dari negara-negara BRICS, kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Hal itu diungkapkan Airlanga menanggapi pertanyaan mengenai manfaat menjadi mitra dan secara resmi menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan BRICS sebagai kelompok penguatan kerja sama ekonomi antara Tiongkok dan Rusia.
Airlangga pertama kali mengungkapkan, saat ini Indonesia sedang menyelesaikan perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Eurasian Economic Union (IEAEU-FTA). Ia pun berharap persiapan perundingan tersebut dapat selesai pada kuartal pertama tahun 2025.
Artinya pasarnya terbuka. Jadi tidak hanya (minyak) tapi juga gandum dan lain-lain, kata Airlanga saat ditemui di Kantor Koordinasi Perekonomian di Jakarta, Jumat (11/1/2024).
Hekmahanto Juwana, guru besar hukum internasional University of Illinois, sebelumnya mengungkapkan banyak manfaat yang didapat Indonesia jika bergabung dalam forum BRICS. “Saya kira ada baiknya Indonesia bergabung dengan BRICS agar Indonesia tidak didominasi oleh negara-negara OECD,” ujarnya.
Hekmahanto menilai pemerintah Indonesia melihat OECD tidak sekuat dulu. Oleh karena itu, Indonesia dipandang perlu untuk bergabung dengan negara-negara BRICS yang memiliki kekuatan pasar yang luar biasa dan dapat check and balances OECD.
“Selain itu, Indonesia merupakan importir besar bahan bakar olahan. Jadi Amerika tidak mengizinkan Indonesia membeli minyak dari Rusia karena serangan Rusia terhadap Ukraina. Meski Rusia diembargo oleh negara-negara OECD, mereka tidak memiliki pembeli dan bersedia menjualnya. murah,” jelasnya.
“Kalau kita di negara-negara BRICS, tidak akan ada kendala seperti itu. Apalagi dunia saat ini sedang bergantung pada dolar AS. Pada saat yang sama, negara-negara BRICS akan memperkenalkan mata uang selain dolar AS,” jelasnya. .
