JAKARTA – H Agus Salim merupakan pahlawan nasional yang fasih sembilan bahasa asing. Jelang Hari Pahlawan yang jatuh pada Minggu (10 November 2024), berikut kisah H Agus Salim yang bisa dijadikan pelajaran.
Haji Agus Salim merupakan tokoh bangsa yang pernah menduduki beberapa jabatan penting semasa hidupnya. Situs faisalbasri.com menyebutkan Agus Salim merupakan salah satu dari sembilan perumus pembukaan UUD 1945.
Baca Juga: 16 Tokoh Diusulkan Pahlawan Nasional Tahun 2024, Gus Ipul: Tanda Tangan Mantan Menteri
Agus Salim juga pernah menjadi anggota Dewan Volksraad, diplomat ulung yang meraih pengakuan internasional pertama bagi Republik Indonesia, dan menteri luar negeri pada masa revolusi. Banyak tokoh pejuang yang menjadi muridnya, seperti Mohammad Roem dan Kasman Singodimedjo.
Agus Salim dikenal sebagai negosiator yang tangguh, pandai berbicara dan berdiskusi. Menilik sejarah latihannya hingga Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November, bisa menjadi pengenalan yang baik bagi orang-orang yang sering mendengar namanya namun belum mengetahui siapa Agus Salim.
Baca Juga: Hari Janji Pemuda, 7 Artis Indonesia Ini Keturunan Pahlawan Nasional
Riwayat perkembangbiakan H Agus Salim
Dikutip dari esi.kemdikbud.go.id Agus Salim terkenal sebagai aktivis gerakan anti kolonial, diplomat dan penulis terkemuka di Indonesia. Ia dilahirkan di Kota Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 8 Oktober 1884.
Nama orang tuanya adalah Sutan Muhammad Salim bin Abdurrahman Dt. Rangkayo Basa bin Tuwanku Imam Syekh Abdullah bin Abdul Aziz dari suku Piliang, kota Gadang, Bukittinggi. Nama panggilannya Mashudul Haq. Salim merupakan anak kelima dari ayahnya dan anak pertama dari ibunya Siti Zaenab.
Baca juga: Prabowo-Gibran Diminta Sebut Pak Rondahaim dari Simalungun Sebagai Pahlawan Nasional
Agus Salim yang terlahir dari keluarga keturunan bangsawan, kemudian bisa bersekolah di sekolah bergengsi Europeesche Lagere School (ELS) atau Sekolah Dasar Eropa di Riau dan lulus pada tahun 1898 dan Hogere Burgerschool (HBS) atau sekolah menengah atas. di Jakarta yang berakhir pada tahun 1903.
Agus Salim dikenal rajin belajar. Bahkan di usianya yang masih belia, Salim mampu menguasai sembilan bahasa seperti Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, Jepang, Latin, dan Mandarin.
Lulusan terbaik HBS di tiga kota, yakni Jakarta, Surabaya, dan Semarang, awalnya ingin kuliah kedokteran di Belanda. Sayangnya gagal karena belum mencapai kesetaraan dengan Belanda (gelijkgesteld).
Setelah mencapai kesetaraan, Agus Salim menerima tawaran pemerintah Belanda untuk bekerja di Konsulat Jenderal di Jeddah pada tahun 1906. Di Jeddah, ia bekerja sebagai penerjemah ahli (dragoman) dan menjaga jamaah haji Indonesia pada tahun 1906 hingga 1911.
Baca juga: Mahasiswa Unpam Tangsel Tolak Berikan Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto
Kesempatan ini ia manfaatkan untuk memperdalam ilmu agama Islam, khususnya dengan belajar kepada pamannya Syekh Ahmad Khatib. Karya tulis Salim yang pertama adalah tentang astronomi. Sebelum berangkat ke Jeddah, ia sempat bekerja sebagai penerjemah.
Setelah itu, Salim pindah ke Riau dan Indragiri lalu menuju Jeddah. Perjalanannya mempertemukannya dengan tokoh-tokoh dari berbagai bangsa dan memperluas pandangannya, khususnya tentang Islam. Di antara orang-orang penting yang ditemuinya adalah ulama besar Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani.
Setelah kembali dari Jeddah pada tahun 1911, Salim bekerja di Departemen Pekerjaan Umum Jakarta (Bereau voor Openbare Werken atau BOW). Namun, dia tidak menyukai pekerjaannya, meski alasannya tidak diberikan.
Maka Salim kembali ke kampung halamannya dan mendirikan sekolah dasar swasta Hollandsche-Inlandsche School (HIS) di Kota Gadang.
Inilah kisah H Agus Salim yang penuh hikmah, seorang pahlawan nasional yang menguasai sembilan bahasa. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para pembaca setia SINDOnews.