JAKARTA – Mohammad Hatta merupakan sosok penting dalam perjuangan nasional Indonesia. Ia merupakan wakil presiden pertama Republik Indonesia yang ikut serta dalam proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945.
Pemilik nama asli Mohammad Athar ini lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Sepanjang hidupnya, ia dikenal sebagai pemikir besar yang jasanya akan kekal dalam perjalanan nasional Indonesia.
Baca juga: Pada 14 Maret 1980, Bung Hatta meninggal dunia
Selain statusnya, Hatta juga dikenal dengan latar belakang pendidikannya yang positif. Ia tercatat pernah belajar di luar negeri, khususnya di Belanda.
Sejarah Pendidikan oleh Mohammad Hatta
Jejak pendidikan Mohammad Hatta dapat ditelusuri hingga usia lima tahun. Saat itu, ia bersekolah di sekolah negeri di Bukittinggi.
Baca juga: Daftar Wakil Presiden RI: Mohammad Hatta hingga Ma’ruf Amin, Selanjutnya Siapa?
Berdasarkan laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sayangnya Hatta belum bisa diterima karena usianya di bawah enam tahun. Pada akhirnya orang tua Hatta menyekolahkannya ke sekolah milik temannya Ledeboer, mantan tentara pemilik sekolah swasta di Belanda.
Usai bersekolah sejak pagi, Hatta belajar mengaji di surau Inyik Djambek setelah magrib. Selain itu, ia juga mengambil kelas bahasa Inggris tambahan tiga kali seminggu.
Pada pertengahan tahun 1913, Hatta yang duduk di bangku kelas 5 SD memindahkan sekolahnya ke Padang. Ia menyelesaikan pendidikannya di sana.
Baca juga: Kisah Pahit Ribuan Prajurit TNI Terpaksa PHK Gara-Gara Kebijakan ReRa di Bung Hatta
Pada pertengahan tahun 1916, Hatta berhasil lulus HBS (Hogere Burger School), sebuah sekolah menengah Belanda untuk anak-anak Bumiputera yang berasal dari Belanda, Cina, dan sekolah menengah atas. Namun ibunya tidak memberikan izin karena menganggap usia Hatta masih terlalu muda dan sebaiknya ia melanjutkan pendidikan di sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang.
Bertentangan dengan rencana ibunya, Hatta akhirnya setuju untuk belajar di MULO hingga tahun 1919. Di sini, ia juga aktif di organisasi seperti Jong Sumatranen Bond (JSB) cabang Padang, dan menjadi bendahara.
Setelah lulus dari MULO sekitar bulan Mei 1919, Hatta melanjutkan pendidikannya di Sekolah Prins Hendrik (PHS) di Batavia. Selama berada di sini, Hatta juga menjadi anggota kelas menengah Jong Sumatranen Bond (JSB).
Pada tahun 1921, Hatta lulus dari PHS School of Business dan meraih juara ketiga. Ia ingin bekerja, namun memutuskan untuk melanjutkan studinya di Belanda.
Rencana Hatta ke Belanda terganjal masalah keuangan. Dalam usahanya, ia mencoba mengajukan permohonan dana hibah dengan menghubungi Duyveter, pejabat di Departemen Pendidikan dan Agama.
Hatta kemudian diminta menghubungi Z. Stokvis yang saat itu menjabat Inspektur Pendidikan Tinggi dan perwakilan Van Deventer Stichting (Van Deventer Foundation) Den Haag di India. Stokvis juga menghubungi Van Deventer Foundation dan setuju untuk memberikan beasiswa.
Hatta meninggalkan Teluk Bayur pada tanggal 3 Agustus 1921 dan berangkat ke Belanda pada tanggal 5 September 1921 untuk belajar di Handels Hoogere School (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) di Rotterdam.
Semasa kuliah, Hatta bertemu dengan Nazir Datuk Pamuntjak, sosok yang ditemui Hatta saat mendirikan Jong Sumatranen Bond di Padang. Sejak September 1921 dia menjadi anggota Indische Vereeniging di Leiden.
Sekitar minggu ketiga bulan September 1921, Hatta belajar di Rotterdam. Selain mengajar, ia menjabat sebagai perwakilan Persatuan Indonesia dan mengelola majalah Indies Poetra.
Kemudian, pada akhir bulan Juni dan Juli 1932, Hatta mengikuti pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan berhasil. Sebelum kembali ke Indonesia, ia berpamitan kepada teman-temannya dan meninggalkan Belanda pada tanggal 20 Juli 1932.
Demikianlah ulasan tentang sejarah pendidikan Mohammad Hatta, wakil presiden pertama Indonesia yang belajar di luar negeri.