WASHINGTON – Setelah Rusia menyerang Kiev dengan rudal misterius Oreshnik, pemerintah Ukraina mengkhawatirkan masa depan Ukraina.
Meski demikian, Washington mengaku tidak akan menghentikan langkahnya untuk terus mendukung Kiev melawan agresi Moskow.
Sabrina Singh, wakil juru bicara Pentagon, mengatakan bahwa rudal hipersonik terbaru Rusia yang telah diuji perang menimbulkan ancaman bagi Ukraina.
Namun, ia menyebut peringatan Presiden Rusia Vladimir Putin kepada NATO bukanlah ancaman yang dapat dipercaya, melainkan pernyataan bodoh.
Pada hari Kamis, Presiden Putin mengumumkan bahwa militer Rusia telah meluncurkan rudal balistik hipersonik terbarunya, dengan nama sandi Oreshnik atau Hazel, yang menghantam fasilitas industri militer di Dnipro, Ukraina.
Menurut Putin, serangan ini merupakan respons atas tindakan agresif negara anggota NATO.
Dia memperingatkan bahwa Moskow mempunyai hak untuk menargetkan fasilitas militer negara-negara yang senjatanya digunakan untuk menyerang wilayah Rusia.
Singh mengatakan pada konferensi pers; Senjata apa pun yang digunakan di medan perang merupakan ancaman nyata bagi Ukraina.”
“Jadi ini adalah jenis kemampuan mematikan baru yang digunakan di medan perang. Jadi, hal ini tentunya menjadi kekhawatiran bagi kami. Dan kami — Saya tidak memiliki penilaian dampaknya saat ini, tapi itu adalah sesuatu yang tentu saja kami khawatirkan. “Ya,” kata Singh.
“Tetapi sekali lagi, Ukraina menghadapi berbagai serangan dari Rusia, termasuk rudal dengan hulu ledak yang jauh lebih besar dari senjata tersebut. Oleh karena itu, kami akan mendukung Ukraina jika diperlukan,” ujarnya, dilansir Russia Today, Jumat (22/11/) 2024).
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih Karin Jean-Pierre menegaskan bahwa Washington tidak akan tergoyahkan oleh hal ini dan akan terus memberikan bantuan militer ke Kiev.
Dia berulang kali menghindari pertanyaan tentang apakah Washington benar-benar telah mencabut pembatasan penggunaan ATACMS oleh Ukraina.
Ketika ditanya apakah tindakan ini dapat menyebabkan eskalasi yang berbahaya, Jean-Pierre mengatakan Moskow adalah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas eskalasi tersebut.