Seniman Asal Padang Persembahkan Alam Takambang Jadi Guru

Seniman Asal Padang Persembahkan Alam Takambang Jadi Guru

JAKARTA – Seniman asal Padang, Sumatera Barat Anisa Nabilla Khairo punya instalasi unik Alam Takambang Dosen Biennale Jakarta 2024 Anisa di Biennale Jakarta 2024 merupakan salah satu dari 18 karya seniman lain yang tergabung dalam program Baku Konek 2024.

Pameran ini berlangsung pada tanggal 1 Oktober hingga 15 November 2024. Karya ini merupakan hasil kolaborasi proyek Baku Konek dan Rumah Cikaramat Sukabumi untuk menghidupkan dan meningkatkan kesadaran akan hubungan antara alam, fisik, dan pengetahuan ditularkan dari wilayah tersebut. norma sosial.

Instalasi ini menggunakan piring-piring yang dikumpulkan dari penduduk desa untuk mewakili tradisi yang berlanjut dalam memori fisik, ucapan dan gaya hidup masyarakat desa Cikaramat. Piring-piring ini tidak hanya sekedar benda seni, tetapi juga sebagai sarana mengkomunikasikan nilai-nilai kerjasama yang diperlukan untuk menciptakan dan mengembangkan kearifan lokal.

“Melalui karya ini, saya ingin mengajak pengunjung untuk merasakan dan memikirkan pentingnya mengenal tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan seperti menenun dan mengolah bahan-bahan alam tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga pengetahuan mendalam terhadap lingkungan sekitar,” kata Anisa Nabilla Khairo, Senin (11/11/2024).

Proyek ini terwujud berkat kolaborasi yang kuat antara Anisa dan Rumah Cikaramat. Proses kolaboratif ini memberikan peluang bagi pengetahuan lokal untuk diwariskan kepada generasi berikutnya. Karya ini menekankan peran sekolah dalam berbagi pengetahuan ini.

Sebelumnya, karya Anisa ditampilkan dalam acara di Sakoladasar Hidayah pada Senin, 16 September 2024. Di Sakoladasar Hidayah, pengaktifan area belajar dan taman bermain berbasis keseharian warga Cikaramat memiliki pengetahuan tentang hutan, danau, sungai, kebun, dan kerajinan tangan dari bambu dan kayu.

“Alam Takambang Jadi Guru berfungsi sebagai ruang kelas di Rumah Cikaramat dan di kawasan Desa Cikaramat yang luas, hingga hutan besar Gunung Gede Pangrango yang dulunya merupakan tempat bermain,” ujarnya.

Dikatakannya, kerja sama di bidang ini adalah untuk memaparkan hasil-hasil penelitian pengolahan sumber daya alam di Cikaramat, antara lain kelas pengolahan hasil panen, universitas terbuka hasil penelitian tanah, kelas ilmu bambu, dan pencampuran bambu. Dengan menampilkan instalasi ini di Jakarta Biennale 2024, Anisa berharap dapat memperkenalkan budaya dan pengetahuan lokal kepada masyarakat luas, mengajak semua orang untuk menghormati dan menjaga alam sebagai sumber ilmu pengetahuan yang hidup.

“Tinggal di Kampung Cikaramat menunjukkan kebudayaan saya. Kebudayaan adalah cara hidup setiap masyarakat, meliputi keyakinan, pengetahuan, keterampilan, cara menghargai orang lain, termasuk kehidupan berkeluarga, pendidikan anak, kebudayaan, pergaulan, perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan pemerintahan, katanya.

Anisa menilai menjadi bagian dari asrama Baku Konek merupakan suatu hal yang menyegarkan karena menghadirkan lingkungan yang kolaboratif. “Saya kira dengan lahirnya Baku Konek, maka individu seniman dan seniman akan terbuka untuk hidup bersama dalam lingkungan yang sehat, aman, ramah anak, olah raga, dan saling mendukung tanpa karakter,” ujarnya. lalu berhenti.

Sekadar informasi, Jakarta Biennale 2024 merupakan perhelatan ke-50 yang dimulai pada tahun 1974 oleh Dewan Kesenian Jakarta. Saat ini Baku Konek yang menjadi salah satu mitra Jakarta Biennale 2024 Baku Konek memiliki banyak karya dari berbagai seniman yang menampilkan kolaborasi 23 seniman dari 10 provinsi di Indonesia.

Program residensi ini disponsori oleh Ruangrupa dan Direktorat Pusat Pengembangan Tenaga Kerja dan Kebudayaan (PTLK) melalui Pengelolaan Bakat Nasional (MTN) Bidang Seni Budaya, bekerja sama dengan komunitas dan kelompok seni di berbagai daerah di Indonesia.

Proyek Baku Konek memungkinkan para seniman untuk mengelola rumah di berbagai daerah di Indonesia, sehingga membuka ruang dialog antar budaya dan lingkungan. Dalam rangka memperingati 50 tahun Jakarta Biennale, karya-karya ini mencerminkan kompleksitas Indonesia, kekayaan keragaman budaya, dan tantangan ekologi yang dihadapi masyarakat di seluruh negeri.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *