Gaza – Israel baru-baru ini kembali melakukan serangan dengan menyerang Suriah melalui serangan udara. Menurut laporan media Suriah, pesawat tempur Israel telah melakukan beberapa serangan di wilayah tersebut, termasuk ibu kota mereka, Damaskus.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris melaporkan lebih dari 100 serangan terhadap sasaran militer. Serangan ini terjadi bahkan dua hari lalu.
Serangan Israel ditujukan untuk menghancurkan lokasi produksi senjata kimia di Suriah, yang diduga dijalankan oleh Iran, lapor BBC.
Tidak diketahui di mana atau berapa banyak senjata kimia yang ada di Suriah, namun mantan Presiden Bashar al-Assad diyakini memiliki persediaan senjata kimia tersebut.
Meskipun OPCW dan PBB telah menghancurkan 1.300 ton bahan kimia yang dinyatakan oleh pemerintah Suriah, serangan senjata kimia terus terjadi di negara tersebut.
Senjata Israel digunakan untuk menyerang Suriah Menteri Luar Negeri Gideon Saar pada Senin mengonfirmasi bahwa Israel telah menyerang sebuah lokasi di Suriah yang diduga berisi senjata kimia dan roket jarak jauh pada Minggu (12/8/2024).
Dalam konferensi pers untuk media asing, Sa’ar menekankan bahwa Israel bertindak sebagai tindakan pencegahan dan bahwa “kepentingan kami adalah keselamatan Israel dan warganya.”
Pernyataan Sa muncul setelah pesawat tempur angkatan udara Israel menyerang puluhan sasaran di seluruh Suriah.
Serangan itu menghancurkan senjata yang dikhawatirkan Israel bisa jatuh ke tangan kelompok musuh akibat jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad, kata The Times of Israel.
Faktanya, Suriah setuju untuk menyerahkan persediaan senjata kimianya pada tahun 2013, setelah rezim tersebut dituduh melancarkan serangan di dekat Damaskus yang menewaskan ratusan orang.
Namun, banyak yang percaya bahwa negara tersebut menyembunyikan beberapa senjata tersebut dan dituduh menggunakannya kembali dalam beberapa tahun terakhir.
Israel sendiri telah melakukan ratusan serangan udara di Suriah dalam beberapa tahun terakhir, yang diduga menargetkan situs militer yang terkait dengan Iran dan Hizbullah.