JAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) resmi melantik Mundkir sebagai rektor baru. Ia akan memimpin UM Surabaya hingga tahun 2028.
Mundkir menggantikan penggantinya yang menjabat tiga periode (2012-2024).
Mundkir lahir di keluarga biasa. Ayahnya adalah seorang buruh paruh waktu, seringkali bekerja di sawah orang lain dengan upah serendah mungkin. Sedangkan ibunya hanyalah seorang pedagang kecil di pasar.
Baca juga: Profil Rektor UI Dalam 3 periode terakhir, Fakultas Teknik mencetak rekor
Meski sang ayah tidak mendapat gaji, kelima anaknya tidak mau melanjutkan ke SMA. Meski hanya lulusan sekolah dasar, Tardji mengetahui pentingnya pendidikan bagi masa depan kelima anaknya.
Tardji yang ingin anak-anaknya tidak mengalami kesusahan sepanjang hidup, membawa kelima anaknya ke Sumatera untuk hidup sebagai orang iseng.
Namun hal itu hanya bertahan selama dua tahun karena keluarganya tidak ada di rumah dan akhirnya keluarganya memutuskan untuk kembali ke Jawa.
Baca juga: Profil Prof Tata Sipta Dirgantra Terpilih Rektor ITB Tahun 2025-2030
Sebagai anak yang relatif mampu, Mundkir tidak pernah menyangka akan bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Setelah bekerja di Surabaya selama dua tahun, Mundkir kembali ke desanya dan membantu ayahnya sebagai makelar semangka.
Dari situlah perekonomiannya mulai membaik bahkan ia mampu membeli seekor sapi. Untuk masuk keperawatan, Mundkir harus belajar keras karena tidak ingin mengecewakan orang tuanya.
“Jadi saya pernah belajar merumput dengan bebas sambil membawa buku di halaman,” ulangnya.
Sapi besar itu akhirnya dijadikan modal belajar Mundkir. Pada tahun 1998, Mundkir mengambil program Diploma III Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Semasa mahasiswa, Mundkir aktif di Persatuan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan menjadi wakil ketuanya.
Kemudian pada tahun 2003, Mundkir menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Irlandia (Unair) jurusan Keperawatan. Pada tahun 2004, beliau memasuki profesi keperawatan Unair. Semasa bekerja sebagai dosen di UM Surabaya, Mundkir melanjutkan studi magisternya di Universitas Indonesia pada tahun 2009 dan menyelesaikan studi doktoralnya di Uniair pada tahun 2017.
Kesuksesan Mundkir saat ini merupakan sebuah proses panjang yang sedang ia pelajari. Berdasarkan kesaksian kakak perempuannya, Termining. Mundkir adalah orang yang mencintai ilmu. Di masa lalu, meski memiliki keterbatasan, Mundkir suka membaca buku apa pun yang bisa ia dapatkan.
Baca juga: Profil Pendidikan Prof. Arif S. Karthasamita, Rektor Unpadin 2024-2029
“Saya suka belajar dari kecil. Dulu, sekolah kecil tidak punya sepeda dan harus berjalan kaki sejauh 2 km. “Sepulang sekolah saya membantu ayah saya di sawah,” kenang Mundkir.
Ketika Mundkir masuk MTSN 1 Mongan, pada saat adik-adiknya harus bersekolah, ayahnya mencari pinjaman kepada orang lain, namun ia selalu melunasi pinjaman tepat waktu.
Setelah lulus dari Madrasah Senawiya, Mundkir bersekolah di SMA 1 Muhammadiyah di Kelelawar. Semasa duduk di bangku SMA, Mundkir aktif di badan kesiswaan Muhammadiyah. Ia sering mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba cerdas cermat keagamaan.
Seringkali ia berhasil, ia bercita-cita menjadi seorang guru agama. Meski tidak mendapat peringkat pertama, namun Mundkir selalu menduduki peringkat 5 besar di sekolahnya bahkan mendapat peringkat pertama.
“Setelah saya lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Babat, saya berhenti selama dua tahun dan pindah ke Surabaya, tempat saya bekerja di proyek kereta api. Saya juga bekerja di pabrik kayu dan kemudian menjadi penata rambut di tempat pangkas rambut,” kata Mundkir.