DEN HAAG – Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) juga telah menyatakan Deif, yang bernama lengkap Mohammed Diab Ibrahim al-Masri, kemungkinan akan ditangkap di negara lain.
Pengadilan mengatakan: “ICC dengan suara bulat memutuskan untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dia atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan di wilayah Negara Israel dan Negara Palestina setidaknya sejak tanggal 7 Oktober 2023.”
Dugaan kejahatan termasuk penembakan roket ke wilayah Israel dan serangan 7 Oktober yang menewaskan 1.139 warga Israel.
Israel mengatakan pihaknya membunuh Deif, pemimpin lama sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, dalam serangan udara Juli lalu.
Serangan di zona aman menghantam tenda-tenda rumah pengungsi Palestina dan instalasi pengolahan air, menewaskan 90 orang dan 300 lainnya.
Deif diyakini tewas setelah Israel merilis bukti pembunuhannya pada Agustus lalu.
Siapa Muhammad Deif?
Berikut latar belakang dan sejarahnya bersama Hamas.
Mohammad Masri, lahir pada tahun 1965 di kamp pengungsi Khan Younis, dikenal sebagai Mohammed Deif setelah bergabung dengan Hamas selama Intifada pertama, pemberontakan Palestina, pada tahun 1987.
Pada tahun 1989, selama Intifada Palestina pertama, Deif ditangkap oleh Israel dan dibebaskan setelah enam belas bulan disandera.
Deif adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Qassam, pada tahun 1990an dan telah memimpin pasukan tersebut selama lebih dari dua dekade.
Ia menjadi kepala Brigade Qassam pada tahun 2002 setelah Israel membunuh pemimpin dan pendirinya, Salah Shehadeh.
Deif diyakini telah mengembangkan jaringan Hamas dan keterampilan membuat bom.
Pada bulan Agustus 2014, istri Deif dan putranya yang berusia tujuh bulan dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di rumah Gaza tempat keluarga tersebut tinggal.
Deif dikenal sebagai salah satu arsitek utama ‘Badai Al-Aqsa’, nama yang diberikan Hamas pada operasinya pada 7 Oktober 2023 melawan Israel.