Makassar – 32 siswa dikirim pulang karena mereka tidak dikonfirmasi untuk berpartisipasi dalam pembakaran Jalan di University of Hasanuddin (UNHAS) di Kemerdkani, Tamalanrea, Macassar, Sud -Sulaes, Jumat (11/29/2024). Meski begitu, polisi memastikan bahwa penyelidikan akan berlanjut.
Kasat Reschim Polrestabes Makassar, Komisaris Devi Sueja menjelaskan bahwa kehancuran ada di kampus UNHAS. Salah satu bangunan patah dari sebuah bangunan yang rusak menggonggong. Kemudian juga pembakaran kardus, yang dilakukan di bawah panel listrik, yang juga menyebabkan pembakaran.
Polisi kemudian pergi ke TKP (TKP). Banyak orang disimpan di sekitar tempat itu untuk menanyai para saksi. Polisi kemudian memperdalam sebagai tempat kejadian kejahatan, CCTV, saksi dan beberapa siswa. Setelah memeriksa, tidak ada indikasi apa yang orang berikan untuk berpartisipasi untuk mengirim mereka pulang.
“Jadi sekarang dia kembali dengan baik. Itu benar -benar kembali, dan kami juga menunggu saksi lain yang akan dapat mengajukan informasi saat ini.
Laporan sebelumnya dilaporkan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, kampus UNHAS membakar dan merusak orang -orang yang tidak dikenal (29/29/2024) di malam hari. Insiden itu menyebabkan kerusakan pada banyak benda kampus, termasuk kuliah di Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Polisi Macasar, ditemani oleh pejabat kampus dan petugas keamanan, segera melakukan penalti. Dalam operasi itu, polisi menyediakan lusinan siswa untuk mempertanyakan motif tindakan vandalistik disertai dengan api.
Menurutnya, salah satu kamar Fakultas Ilmu Budaya telah menyala, mungkin karena kinerja OTK. Selain itu, di beberapa kamar banyak cangkir rusak oleh benda berawan dan dibuang oleh batu. Vandalisme juga ditemukan di beberapa dinding bangunan, yang dilintasi oleh para pelaku oleh pilot.
Fatir, Kepala Kongres Fakultas Ilmu Budaya (KMB) UNS, membantah partisipasi siswa FIB dalam kebakaran dan kehancuran. Dia menjelaskan bahwa insiden itu tidak terkait dengan demonstrasi protes yang sebelumnya diterapkan oleh siswa FIB yang terkait dengan dugaan pelecehan seksual dosen.
“Meskipun tidak terbakar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), tetapi itu tidak disebabkan oleh siswa FIB.
Dia menambahkan bahwa siswa FIB berusaha bangun untuk menghindari konfrontasi dengan orang asing. Namun, situasinya tidak mengontrol bahaya.
Sebelumnya, siswa FIB bertindak dalam solidaritas dengan dugaan pelecehan seksual dosen terhadap siswa mereka. Kasus ini dikritik karena sanksi adalah penangguhan administratif hanya dua semester.