JAKARTA – Pertamina EP bersama Satuan Tugas Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah melaksanakan kegiatan penanaman pohon di Gunung Tilu, Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Direktur Utama Pertamina EP Wisnu Hindadari mengatakan penanaman pohon ini dilakukan perseroan setelah berkesempatan menjadi salah satu tuan rumah Program Nasional Penanaman Pohon Serentak se-Indonesia yang diselenggarakan Kementerian Kehutanan.
Selain itu, Pertamina EP akan melakukan penanaman pohon sebagai bagian dari proses bisnisnya, selain menegaskan komitmennya terhadap pelaksanaan program rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk memenuhi kewajiban terkait Izin Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH). pemerintah.
“Total luas DAS yang direhabilitasi Pertamina EP sejak tahun 2023 mencapai 6,3 hektare. Sejauh ini kami sudah menanam 9.942 pohon. Sebanyak 10.718 pohon itu akan kami tanam di lahan seluas 23 hektare secara bertahap hingga tahun 2028.” , Wisnu mengumumkan dalam keterangannya, Selasa (14 Januari 2025).
Ia mengatakan, kegiatan penanaman pohon Girimukti di Milangek juga berperan dalam mendukung kelestarian lingkungan, khususnya dalam mengurangi emisi karbon dioksida ke udara.
Lebih lanjut Wisnu menjelaskan, kegiatan ini melibatkan penuh masyarakat setempat dalam penerapan jenis pohon terpilih sebagai tanaman buah-buahan produktif seperti mangga, petai, alpukat, dan nangka. Dengan begitu, hasil penanaman juga dapat dimanfaatkan dan dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih besar.
Guna meningkatkan tingkat keberhasilan pabrik, Pertamina EP melakukan penanaman kembali atau penggantian pohon mati secara intensif, pengendalian gulma, dan pemupukan berkala. Guna menjamin keberhasilan rehabilitasi, pemantauan rutin juga dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang terlibat. Berdasarkan pantauan tim lapangan, tingkat keberhasilan penanaman pohon dalam dua tahun terakhir mencapai 86%.
“Dalam proses pemantauan dan penilaian, kami menggunakan data yang ditangkap dengan teknologi geotagging yang terintegrasi dengan perhitungan penyerapan karbon,” jelas Wisnu.
Menurutnya, dengan memaksimalkan geotagging, akuntabilitas data keberhasilan penanaman pohon lebih bisa diandalkan. Selain itu, para pemangku kepentingan dapat mengakses informasi terkini yang tercatat dalam sistem mengenai kondisi pabrik dan dampak penurunan emisi karbon dioksida, sehingga dapat menjadi acuan dalam perencanaan kebijakan lingkungan jangka panjang.