Tanpa Insentif dari Pemerintah, Penjualan Mobil di 2025 Diprediksi Anjlok Lebih Parah Dibawah 800 Ribu Unit

Tanpa Insentif dari Pemerintah, Penjualan Mobil di 2025 Diprediksi Anjlok Lebih Parah Dibawah 800 Ribu Unit

Jakarta – Pengamat Otomotif LPEM dari Universitas Indonesia (UI) Riyanto membutuhkan intervensi cepat di pasar mobil. Karena keadaan menjadi semakin buruk. Kita tidak bisa mengandalkan reformasi mendasar seperti penguatan daya beli dan percepatan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan perhitungan LPEM Universitas Indonesia, dengan asumsi fleksibilitas perpajakan berlaku di semua daerah, tarif maksimum PKB adalah 1,2% dan BBNKB adalah 12%, maka total pajak mobil akan meningkat menjadi 48,9% dibandingkan dengan sebelumnya 40,25%. %.

Dampaknya, harga mobil baru naik 6,2 persen di saat daya beli masyarakat belum pulih.

Rianto memperkirakan penjualan mobil akan turun 9,3% menjadi 780 ribu pada tahun 2025, dengan elastisitas -1,5.

Opsi insentif PPnBM DiscountOne adalah diskon PPnBM untuk kendaraan 4×2 self-driving sebesar 80% hingga tahun 2021.

Dengan diskon PPnBM 5% atau PPnBM 10%, harga mobil bisa turun 3,6% sehingga menambah permintaan sebanyak 53.476 unit.

Selain itu, diskon PPnBM sebesar 7,5% atau 7,5% dapat menurunkan harga mobil hingga 5,3% sehingga menambah permintaan sebesar 80.214 poin.

Kemudian, jika diskon PPnBM sebesar 10% maka harga kendaraan akan turun sebesar 7,1% sehingga terjadi tambahan permintaan sebanyak 106.592.

Terakhir, pada PPnBM 0%, harga mobil turun 10,7% sehingga menimbulkan tambahan permintaan sebesar 160 ribu.

Rianto mengatakan pemberian insentif tersebut akan berdampak positif terhadap perekonomian. Industri otomotif memberikan kontribusi langsung dan tidak langsung terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 177 triliun pada tarif PPnBM 10%, disusul Rp181 triliun pada tarif PPnBM 7,5%, 185 triliun pada tarif PPnBM 5%, dan PPnBM sebesar 194 triliun. %, dibandingkan dengan $168 triliun untuk perusahaan seperti rencana konvensional.

Selain itu, akan ada tambahan pekerja mobil PPnBM 10% sebanyak 7.740 orang, disusul 11.611 orang (PPnBM 7,5%), 15.481 orang (PPnBM 5%), dan tambahan pekerja mobil sebanyak 23.221 orang (PPnBM 0%).

Jumlah penambahan tenaga kerja (peningkatan) pada perekonomian PPnBM mencapai 15.790, 23.685, 31.581 dan 47.371 masing-masing 10%, 7,5%, 5% dan 0%.

Rianto mengusulkan penurunan PPnBM menjadi 0% dari 3% mobil murah tahun ini. Untuk mobil pertama, sebaiknya pertimbangkan insentif PPnBM mulai dari lokalisasi, ekspor, dan litbang karena akan berdampak positif bagi industri mobil.

Alasan mengapa pasar mobil menyusut dan menyusut Menurunnya kelas menengah menjadi ancaman bagi sektor mobil. Sebab hingga saat ini pembeli mobil juga menjadi mesin perekonomian Indonesia.

Pada tahun 2024, kelas menengah akan mencapai 47,85 juta jiwa, dibandingkan dengan 57 juta jiwa pada tahun 2019.

Hal ini disebabkan oleh penurunan pasar mobil pada level 1 juta pada tahun 2014-2023 dan penurunan pasar pada tahun 2024.

Tanpa insentif lagi, penjualan mobil di tahun 2025 akan turun di bawah 800 ribu, melanjutkan tren negatif di tahun 2024, pasar akan turun 13,9% menjadi 865.723 unit.

Sebaliknya, dengan insentif yang lebih besar, pasar mobil bisa terselamatkan sebesar 900 ribu penjualan.

Sejauh ini pemerintah telah mengeluarkan insentif pajak Barang Mewah (PPnBM) sebesar 3%. Namun insentif tersebut dinilai belum cukup.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *