BEUING – Spesies manusia yang “hilang” ditemukan oleh para ilmuwan yang terkejut dengan tengkoraknya yang luar biasa besar dan menyatakan bahwa ia hidup berdampingan dengan Homo sapiens.
Spesies purba ini, yang dikenal sebagai “Juluren” yang berarti “manusia berkepala besar”, diyakini hidup di Tiongkok antara 300.000 dan 50.000 tahun yang lalu.
Menurut para ilmuwan, spesies ini memiliki otak yang lebih besar dibandingkan spesies hominin lainnya, termasuk manusia masa kini.
Menurut para ahli, “Homo julurensis” kemungkinan berburu kuda liar dalam kelompok kecil dan membuat perkakas batu sederhana yang digunakan untuk memotong dan mengolah kulit binatang untuk dijadikan pakaian.
Menurut para ahli, spesies “hominin berotak besar” ini kemungkinan besar merupakan kerabat Neanderthal dan Denisovan.
Menurut ahli paleoantropologi Profesor Xiujie Wu, dari Chinese Academy of Sciences (CAS), dan antropolog Dr. Christopher Bae, dari Universitas Hawaii, ciri-ciri utama yang disebutkan dalam catatan fosil telah terlewatkan oleh para ilmuwan.
Dalam makalah penelitiannya, para ilmuwan mengakui bahwa terdapat mosaik fitur pada beberapa fosil yang tidak sesuai dengan spesies manusia mana pun yang diketahui.
Sebelumnya, jika ada fosil yang tidak cocok dengan homo sapiens atau homo erectus, maka mereka dikelompokkan sebagai Denisovan. Denisovan merupakan jenis manusia purba yang berkerabat dekat dengan Neanderthal.
Namun, Dr. Bae menyarankan agar beberapa fosil ini diklasifikasikan sebagai spesies terpisah yang dikenal sebagai homo julurensis.
21 fosil hominin dianalisis oleh para peneliti setelah ditemukan di Tiongkok pada tahun 1970-an dan pecahan tengkorak dua individu ditemukan di lokasi berbeda di Tiongkok pada tahun 2005.
Dengan menggunakan teknik baru untuk menyusun bukti fosil, Dr Bae dan Profesor Wu mengidentifikasi beberapa ciri yang tidak cocok dengan spesies mana pun yang diketahui.
Ciri paling menonjol yang ditemukan para ilmuwan adalah tengkorak luar biasa besar yang menjadi dasar pemberian nama Juluren.
Para peneliti mengumpulkan sisa-sisa tengkorak tersebut dan memperkirakan tengkorak tersebut memiliki volume 1.700 ml, lebih besar dari tengkorak homo sapiens.
Di Tiongkok, tengkorak terlengkap ditemukan di dekat cekungan Nilawan yang diisi oleh danau besar 300.000 tahun lalu.