KIEV – Ilmuwan Ukraina telah menemukan perangkat canggih buatan Barat pada rudal Korea Utara yang digunakan Rusia dalam perangnya dengan Ukraina.
Baca juga – Ukraina Hancurkan Kapal Perang Rusia
Meskipun ada pembatasan ketat, mikrokontroler dari setidaknya sembilan perusahaan Barat digeledah.
Laporan Bloomberg menyoroti kegagalan dalam penegakan kontrol ekspor dan meningkatkan kekhawatiran mengenai berlanjutnya aliran teknologi ke Korea Utara dan Rusia.
Perusahaan yang terlibat dalam pembelian komponen ini antara lain perusahaan Amerika Analog Devices dan Broadcom, NXP Semiconductors dari Belanda, TRACO Electronic AG dari Swiss, dan XP Power dari Inggris.
Beberapa suku cadang ini juga diproduksi tahun lalu, yang menunjukkan bahwa penyelundupan suku cadang ke Korea Utara dan Rusia terus terjadi meskipun ada sanksi bertahun-tahun.
Rudal yang dianalisis adalah jenis KN-23/24 Korea Utara, yang ditembak jatuh pada 7 September di Oblast Poltava di Ukraina.
Di dalam roket, para peneliti menemukan chip utama yang digunakan untuk navigasi dan komunikasi yang dibatasi oleh peraturan ekspor.
Temuan ini menyoroti masalah yang terus berlanjut di mana Rusia dan Korea Utara mengakses teknologi canggih dari negara-negara Barat untuk tujuan militer, meskipun sanksi semakin ketat yang bertujuan untuk mencegah transfer tersebut.
Beberapa perusahaan yang terlibat membantah mengetahui produk mereka dijual ke Korea Utara.
Perusahaan-perusahaan AS mengatakan mereka bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memperkuat langkah-langkah kepatuhan dan mencegah penyalahgunaan produk mereka.
Broadcom secara khusus menyebutkan bahwa banyak komponennya sering kali palsu, artinya beberapa chip bermerek Broadcom mungkin tidak asli dan mungkin telah mencapai Korea Utara melalui cara ilegal.
Kekhawatiran mengenai kemampuan Rusia untuk memperoleh komponen-komponen ini sangatlah penting karena komponen-komponen tersebut sangat penting dalam pembuatan rudal yang digunakan dalam serangan terhadap infrastruktur sipil, bisnis, dan jaringan energi Ukraina.
Selain itu, terdapat kekhawatiran mengenai penguatan kemitraan antara Korea Utara, Rusia, Iran, dan kemungkinan negara-negara lain yang terkena embargo.
Kerja sama ini tampaknya lebih dari sekadar penyediaan suku cadang, dimana kedua negara saling bertukar insinyur dan keahlian teknis untuk meningkatkan kemampuan militer mereka.
Peningkatan kerja sama di antara negara-negara yang terkena sanksi ini berisiko semakin melemahkan upaya keamanan global.
Dengan penemuan-penemuan ini, semakin jelas bahwa negara-negara yang berkonflik harus memperkuat upaya internasional untuk mencegah transfer teknologi militer.
Kewaspadaan terhadap aliran barang dan teknologi ke negara-negara yang terkena sanksi menjadi semakin diperlukan untuk menjaga stabilitas dan keamanan global.