UKRIDA Dorong Penerapan Bioetika Kristen di Dunia Medis melalui Simposium Internasional

UKRIDA Dorong Penerapan Bioetika Kristen di Dunia Medis melalui Simposium Internasional

JAKARTA – Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) mengukuhkan komitmennya dalam mengembangkan bioetika Kristen di Indonesia dengan menyelenggarakan Simposium Bioetika Kristen yang berlangsung satu hari. Hal ini sejalan dengan kiprah Ukrida yang telah melahirkan ribuan tenaga medis profesional selama 57 tahun.

Wakil Rektor III UKRIDA Theresia Citraningtyas menekankan pentingnya ilmu bioetika di era kemajuan teknologi kedokteran. “Bioetika Kristiani merupakan seruan dan tanggung jawab kita untuk mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam seluruh aspek pelayanan kesehatan, terutama pada isu-isu sensitif seperti perawatan di akhir hayat,” ujarnya, melalui siaran pers, Selasa (19/11/2021). 2024)

Baca juga: 5 Informasi Pembukaan Program Studi Spesialis dan Subspesialis Baru UI 3 di Fakultas Kedokteran

Presiden Pusat Kajian Bioetika Kristen sekaligus dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UKRIDA, Denni Boy Saragih, mengawali simposium dengan mengangkat tantangan bioetika di Indonesia. Menurutnya, bioetika Kristiani tidak hanya sekedar menjaga prinsip etika, tetapi juga menunjukkan solidaritas terhadap sesama manusia, terutama kelompok paling rentan di masyarakat.

Denni menyoroti dua persoalan penting yakni aborsi dan euthanasia yang menurutnya memerlukan pendekatan komprehensif dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk. Ia menjelaskan bahwa kasus aborsi darurat memerlukan kajian menyeluruh dengan tetap menghormati hak untuk hidup dan memberikan dukungan yang lebih baik kepada keluarga yang terkena dampak.

Yanny Yesky Mokorowu, Kepala Unit Pengembangan Spiritual UKRIDA, menekankan pentingnya bioetika dalam pelayanan rumah sakit dan pengambilan keputusan yang etis. Dengan adanya Christian Bioethics Center di UKRIDA diharapkan perhatian terhadap permasalahan bioetika semakin meningkat. UKRIDA melalui Pusat Kajian Bioetika Kristen secara aktif mengembangkan berbagai program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan mengintegrasikan nilai-nilai Kristiani dengan perkembangan terkini teknologi kedokteran.

Penyelenggaraan simposium internasional ini merupakan wujud pentingnya mempersiapkan calon tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten secara teknis, namun juga memiliki pemahaman mendalam terhadap aspek etika praktik kedokteran. Lebih dari 100 peserta dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, dokter, akademisi, dan masyarakat umum, mengikuti diskusi mengenai bioetika Kristen ini.

Selanjutnya, Dr. Lydia Pratanu, MS dari RSAB Harapan Kita menjelaskan perspektif praktis teknologi genetika dan implikasi etisnya. Laporan ini menyoroti kemajuan pengujian genetik dalam praktik obstetri modern sekaligus memperingatkan dilema etika yang menyertainya. “Sebagai umat Kristiani, kita perlu memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat, bukan sebagai pengganti Tuhan,” jelasnya.

Profesor David G. Smithard dari Universitas Greenwich, Inggris, juga menyampaikan tantangan layanan medis di akhir hayat. Terkait euthanasia, beliau menekankan pentingnya mendampingi pasien hingga akhir hayatnya, dimana tugas utama praktik kedokteran adalah memberikan perawatan terbaik dengan pendekatan holistik yang memperhatikan aspek fisik dan psikologis pasien, bukan mengambil langkah-langkah tersebut. mengakhiri hidup. .

Simposium Satu Hari tentang Bioetika Kristen menghasilkan beberapa rekomendasi strategis, termasuk pengembangan pedoman etika praktis dan pembentukan kelompok diskusi yang berfokus pada topik tertentu. Forum ini menjadi momentum penting yang mempersatukan gereja, tenaga kesehatan, dan lembaga Kristen di Indonesia untuk menghadapi tantangan bioetika kontemporer.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *