JAKARTA – Elektabilitas pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhyanto – Abdul Harris Bobiho (RIDHO) mengungguli hasil jajak pendapat terbaru yang dilakukan Lembaga Penelitian Pemilu Indonesia (LKPI). Kelayakan pasangan calon nomor urut 3 mencapai 53,7%.
Di posisi kedua ada pasangan calon nomor urut 1 Heri Koswara-Sholihin dengan perolehan suara 32,8% dan pasangan calon nomor urut 2 UU Saeful Mikdar-Nurul Sumarkheni dengan perolehan suara 4,9%.
Sementara itu, sebanyak 8,9% responden menyatakan tidak akan memilih, kata Ketua Harian LKPI Togu Lubis dalam keterangannya, Rabu (10/9/2024).
Kajian LKPI fokus pada preferensi politik warga Kota Bekasi dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bekasi. Kota.
Berdasarkan data yang dihimpun, tingkat kepuasan masyarakat terhadap karya Tri Adhyanto mencapai 79,2%, dengan rincian 10,2% menyatakan ketidakpuasan dan 19,6% lainnya tidak memberikan penilaian, ”ujarnya dalam keterangannya, Rabu (9/10/) Direktur Eksekutif. dari LKPI Togu Lubis. 2024).
Jajak pendapat tersebut juga mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap tiga pasangan calon berdasarkan rekam jejak dan pengalamannya. Sementara itu, Tri Adhyanto-Harris Bobiho mendapat rating kepercayaan publik yang tinggi yakni 89,7%.
Berikutnya Heri Kosvara-Sholihin dengan perolehan suara 57,2% dan UU Saeful Mikdar-Nurul Sumarkheni dengan perolehan suara 36,7%.
Tingkat popularitas Tri Adhyanto-Harris Bobiho juga tertinggi yakni 81,2%, sedangkan tingkat penerimaannya 80,4%. Sedangkan tingkat penerimaan Heri-Sholihin sebesar 58,4% dan tingkat penerimaan sebesar 52,6%.
Sedangkan pasangan UU Saeful Mikdar-Nurul Sumarkheni mencatatkan tingkat penerimaan sebesar 28,4% dan tingkat penerimaan sebesar 32,3%, kata Togu.
Selain itu, survei juga disertai dengan simulasi pemikiran terbaik yang bertujuan untuk mengukur loyalitas dan spontanitas responden dalam menyebutkan pasangan calon pilihannya. Alhasil, pasangan Tri Adhyanto dan Harris Bobiho menjadi yang terbanyak disebutkan dengan perolehan suara 47,1%.
Di peringkat kedua ada pasangan Heri-Sholihin dengan perolehan 29,6%, sedangkan pasangan UU Saeful Mikdar-Nurul Sumarkheni hanya mendapat 4,1%, dan responden tidak menjawab sebanyak 19,2%. Simulasi pertanyaan tertutup juga dilakukan dengan menggunakan survei berbasis kertas, dan tingkat kepatuhan tiga pasangan kandidat diukur.
Jajak pendapat menunjukkan duo Tri Adhyanto-Harris Bobiho memiliki tingkat elektabilitas 53,7%, pasangan Heri-Sholihin 32,8%, dan UU Saeful Mikdar dan Nurul Sumarkheni 4,9%. Sedangkan 8,9% responden menyatakan tidak akan memilih, kata Togu.
Survei tersebut melibatkan 1.200 warga yang memenuhi syarat untuk memilih dalam pilkada. Responden tersebar di 56 mikrodistrik Kota Bekasi yang memberikan keterwakilan opini masyarakat yang cukup luas.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah multi stage random sampling yang memungkinkan responden dipilih secara acak namun terstruktur. “Jajak pendapat ini memiliki margin of error kurang lebih 2,83% dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara personal pada tanggal 25 September hingga 4 Oktober 2024,” tutupnya.
Menanggapi hal tersebut, komentator politik Rikal Dikri menyimpulkan hasil jajak pendapat secara keseluruhan memberikan gambaran awal yang jelas mengenai posisi Tri Adhyanto sebagai pemimpin dominan. “Tingkat elektabilitasnya sebesar 53,7% menunjukkan bahwa ia mendapat dukungan publik yang signifikan, melebihi indikator psikologis presiden petahana yang berada di atas 50%,” kata Rikal.
Selektivitas yang tinggi ini juga menunjukkan korelasi positif yang kuat dengan tingkat kepuasan masyarakat yang rata-rata lebih dari 75%, ujarnya. Hal ini mencerminkan kiprah Tri Adhyanto selama menjabat sangat diperhatikan dan diapresiasi oleh masyarakat kota Bekasi.
Sama seperti pada masa wabah Covid-19, Kota Bekasi terbukti menjadi kota terbaik dalam menanggulangi permasalahan Covid-19. Begitu pula saat Pemkot Bekasi mengubah Stadion Chandrabhaga Patriot menjadi rumah sakit darurat Covid-19. “Kota Bekasi juga menempati peringkat pertama dalam penanggulangan Covid-19 di Jawa Barat,” ujarnya.
Ditegaskan pula, pengakuan atas prestasi Heri Kosvara selama empat periode menjabat anggota DNRD tidak dirasakan oleh responden atau warga Kota Bekasi. Ia meyakini, jika ada yang mengetahui aktivitas Heri Koswara, maka hanya pemilih di daerah pemilihannya dan yayasan pendidikan yang dikelola Heri Koswara, yakni Yayasan Perguruan Tinggi Islam Darul Hikma.
“Sementara dana pendidikan sekolah swasta tumbuh subur dan gagal tanpa kemajuan apa pun. Selain itu, selama mereka berada di komisi yang menangani bidang pendidikan, mereka tidak berbuat banyak untuk masyarakat,” tambahnya.
Lanjutnya, setiap tahun terjadi praktik jual beli tempat di sekolah menengah negeri atau sekolah kejuruan. Begitu pula dengan U. U. Saeful, mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, saat menduduki jabatan tersebut, dinilai masyarakat tidak mampu memberantas praktik jual beli kursi di sekolah menengah negeri atau sekolah kejuruan di Kota Bekasi. , ”pungkasnya.