JAKARTA – Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie menerima kunjungan akademik dari Fakultas Komunikasi dan Studi Media, Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia. Dalam kesempatan tersebut, kedua organisasi membahas tantangan baru era digital: kembalinya nilai kebaikan di kalangan generasi muda.
Dalam dialog antarbudaya ini, mahasiswa dan pengajar kedua institusi menawarkan solusi akademis dan aksi sosial. Hal ini mendorong kedua organisasi tersebut mengadakan dialog bertajuk “Revitalisasi Geodesi di Era Digital: Perspektif Indonesia dan Malaysia”.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie, Lena Elis Prasetya, memimpin diskusi dan mengingatkan hadirin: “Kita harus bekerja sama untuk mendorong budaya kebaikan karena Indonesia dan Malaysia adalah wajah Asia,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (16/1). /2025).
Menanggapi tantangan tersebut, mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Bakrie membuat kampanye #CourtesyYoung. Kampanye ini mencakup edukasi melalui konten media sosial untuk mendorong komunikasi yang sopan, serta penciptaan zona bebas kata-kata kotor di kampus yang mendorong mahasiswa untuk menghindari bahasa kasar dalam percakapan sehari-hari.
Berdasarkan data Civility Index 2020 yang mensurvei 16.000 peserta dari 32 negara, tingkat kesopanan netizen Indonesia berada di peringkat ke-29 dari seluruh peserta, meski skornya naik dari 67 menjadi 76.
Sebaliknya, skor Malaysia turun 4 poin menjadi 63. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya tindakan penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi.
Mahasiswa UiTM Tunku Mahsuri Jewa dan Muhammad Johann Isni’n sedang mempelajari bagaimana arus besar konten media sosial di Malaysia mempengaruhi kebiasaan generasi muda. Mereka sepakat bahwa nilai tersebut penting untuk menjaga hubungan baik di tengah dunia digital yang dinamis.
“Sebagai generasi muda, kita perlu saling mengingatkan bahwa kebaikan adalah kunci komunikasi yang saling menghormati,” jelas Tunku Mahsuri.
Ketua program studi komunikasi Suharyanti menyoroti peran komunikasi dalam tantangan tersebut. “Sebagai guru, kami berharap siswa memahami bahwa komunikasi yang etis bukan sekedar soal keterampilan, tapi juga bagian dari karakter yang akan mereka bawa ke masyarakat.”
Ia menambahkan, kebaikan harus hadir dalam segala bentuk komunikasi, baik interaksi lisan, tulisan, maupun digital.
Wan Norbani Wan Noordin, Kepala Pusat Komunikasi Strategis UiTM, mengapresiasi inisiatif Program Studi Komunikasi Universitas Bakrie yang menjalin dialog semacam itu.
Sebagai tindak lanjutnya, kedua organisasi sepakat untuk menjajaki peluang kerja sama lebih lanjut, seperti penelitian bersama mengenai etika komunikasi digital dan potensi kampanye lintas budaya.
Inisiatif ini juga diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam membentuk generasi muda yang beretika dan berkarakter.
Upacara yang digelar di kampus Menara Bakrie ini dimeriahkan dengan tarian tradisional Betawi Lenggang Nyai sebagai simbol penyambutan tamu kehormatan. Prof. Dudi Rudianto, Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie, mengatakan pendidikan harus menjadi jembatan antara nilai-nilai tradisional dan tantangan modern. Agenda ini diakhiri dengan kunjungan ke Laboratorium Komunikasi Universitas Bakrie, termasuk studio televisi dan radio. Mahasiswa UiTM juga berkesempatan melakukan sesi podcasting bersama Meclub Universitas Bakrie, memperluas pengalaman mereka dalam praktik komunikasi.