Wacana Libur Sekolah selama Ramadan, P2G: Bagaimana dengan Siswa Non Muslim?

Wacana Libur Sekolah selama Ramadan, P2G: Bagaimana dengan Siswa Non Muslim?

JAKARTA – Pemerintah merencanakan libur sekolah sepanjang bulan puasa. Kasus tersebut memicu kontroversi mengenai akses siswa non-Muslim terhadap pendidikan selama libur panjang sebulan.

Satriwan Salim, Koordinator Nasional Persatuan Pendidikan dan Guru (P2G), mengatakan pihaknya fokus pada wacana tersebut selama liburan sekolah dengan menyampaikan beberapa poin yang harus menjadi perhatian pemerintah.

Baca Juga: Ceramah Sekolah Puasa Ramadhan; MUI: Sekolah Umum Modifikasi Kurikulum

Satriwan mengatakan, hal pertama yang harus menjadi fokus pemerintah adalah layanan pendidikan dan prinsip utama pemenuhan hak anak.

Pada dasarnya, Satriwan menegaskan layanan pembelajaran harus dapat dinikmati seluruh siswa. Jika cuti satu bulan ini diterapkan secara nasional, maka akan berdampak pula pada pelajar non-Muslim.

Baca Juga: Klarifikasi Menag Soal Sekolah Perkuliahan Diliburkan Sepanjang Ramadhan 2025

“Jika hanya pelajar muslim yang ditampung pada hari raya ini, bagaimana dengan pelajar non-muslim? Layanan pembelajaran tidak tersedia pada hari libur. “Jika mereka tetap bersekolah, ini merupakan diskriminasi terhadap siswa muslim yang belajar pada hari libur,” ujarnya, Minggu (5/1/2024) seperti dikutip SINDOnews.

Dia menambahkan, jumlah waktu siswa bersekolah selama Ramadhan telah dikurangi atau disesuaikan di masa lalu.

Baca: Anak-anak Setuju Tidak Sekolah Selama Ramadhan Anwar Abbas: Bukan Berarti Tidak Ada Pendidikan

Oleh karena itu, sekolah masih belum bisa dilakukan, namun jadwal pembelajaran sepanjang bulan Ramadhan diubah dan ditata ulang, setelah itu nilai-nilai spiritual dipadukan dengan berbagai kegiatan pendidikan sekolah.

“Misalnya di SMA/MA/SMK, jam pelajaran dikurangi dari 45 menit menjadi 30 menit menjadi 35 menit. Kemudian jam buka sekolah diubah lebih lambat dan kembali lebih awal. Atau belajar aktif selama dua minggu hanya di tengah Ramadhan. Sekolah lainnya melakukan program asrama Ramadhan. “Jadi pilihannya banyak,” tambah Satriwan.

Ia juga menekankan kurangnya pengawasan dan pengawasan terhadap siswa oleh guru dan orang tua jika sekolah diliburkan selama sebulan penuh. Pemerintah harus fokus pada siapa yang akan membimbing pembelajaran siswa.

Selain itu, para guru di sekolah atau madrasah swasta khawatir gaji mereka akan berkurang secara signifikan karena orang tua akan keberatan membayar uang sekolah jika anaknya putus sekolah.

“Guru-guru swasta di daerah khawatir pihak yayasan akan memotong gajinya secara signifikan jika hari raya diisi pada hari Sabat. Mereka harus berbelanja bersama keluarga pada hari raya Idul Fitri pada hari Sabat,” lanjutnya.

Dikatakannya, kita juga perlu memikirkan bagaimana kesejahteraan guru swasta jika gaji guru kurang dari Rp 100.000 per bulan dari anggaran pemerintah dan jika ada satu bulan libur sekolah.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *