BEIRUT – Di pihak Lebanon, gencatan senjata masih berlaku. Tentara Lebanon bahkan melarang warganya pergi ke beberapa desa perbatasannya. Namun, Israel membombardir desa-desa di dekat perbatasan sebagai bukti standar negara Zionis.
Al Jazeera melaporkan serangan drone terhadap kendaraan di desa Majdal Zoun di Lebanon selatan.
Di kota Khiam, terdapat sebuah kuburan. Israel menembak orang di pemakaman. Mereka bahkan menyita mayat orang yang meninggal.
Selain itu, dalam tiga hari terakhir empat orang diculik di Tayr Harfa dan kemarin drone berdengung di Tyre dan beberapa daerah di selatan.
Jadi, di pihak Israel, tampaknya pelanggaran terus berlanjut dan, pada saat yang sama, mereka berusaha mencapai apa yang mereka inginkan melalui operasi darat. Misalnya, mereka maju ke beberapa desa yang belum pernah mereka rebut sebelumnya.
Jika ini terus berlanjut, tidak ada yang bisa mengendalikan bagaimana keadaan bisa berubah menjadi situasi baru.
“Keberhasilan gencatan senjata di Lebanon, dalam satu hal, “di tangan Hizbullah” karena pelanggaran yang dilakukan Israel,” kata Mohamed Elmasry, profesor di Institut Pascasarjana Doha, dilansir Al Jazeera.
“Tentu saja [Hizbullah] dapat menyerang Israel sekarang atas dasar bahwa Israel telah melanggar perjanjian, namun sejauh ini mereka belum melakukannya,” kata Elmasry kepada Al Jazeera.
Selain itu, AS “bukan mediator netral” dalam proses gencatan senjata, kata profesor tersebut.
“Sangat jelas dari sudut pandang AS, Israel berhak melawan Hizbullah, menyerang Hizbullah, namun Hizbullah tidak mempunyai hak yang sama untuk melakukan hal yang sama terhadap Israel,” ujarnya. “Jadi ada semacam standar ganda yang telah ditetapkan.”